Anti-Semitisme Muslim Paksa Yahudi Keluar Dari Eropa

15 Januari 2016
(Sumber: www.newobserveronline.com)

Naiknya anti-Semitisme yang disebabkan oleh Muslim telah memaksa banyak Yahudi Eropa lari ke Israel—sementara negara Yahudi dan semua organisasi resmi Yahudi secara resmi mendukung invasi “pengungsi” mayoritas Muslim di Eropa.

Contoh teranyar kemunafikan dan skizofrenia Yahudi anti-Eropa ini terungkap bersama pengumuman Jewish Agency—badan resmi pemerintah Israel yang dibaktikan untuk mengimpor Yahudi ke negara itu—bahwa naiknya “anti-Semitisme di Eropa telah mendorong imigrasi Yahudi Eropa Barat “dalam rekor tinggi” ke Israel.

Times of Israel - Rekor Migrasi Yahudi

Times of Israel memuat liputan dalam artikel tajuk besar yang menyatakan bahwa “Anti-Semitisme Mendorong Imigrasi Eropa Barat Dalam Rekor Tinggi ke Israel” (14 Januari 2016).

Menurut artikel ini, Jewish Agency melaporkan 9.880 Yahudi Eropa Barat berimigrasi ke Israel pada 2015—angka tahunan tertinggi.

Mayoritas, katanya, hampir 8.000, datang dari Prancis, “di mana kenaikan serangan anti-Semit telah meremukkan rasa keamanan negara berpopulasi Yahudi terbesar ketiga di dunia”.

Tajuk Times of Israel—dan artikel ini sendiri—sengaja mengecoh. Mereka—dan Jewish Agency—secara sadar tidak menyebutkan bahwa “anti-Semitisme” yang memaksa imigrasi Yahudi ini bersumber dari Muslim.

Mereka justru berpura-pura bahwa tingkat serangan lebih tinggi terhadap Yahudi dilakukan oleh “masyarakat” di Prancis dan tempat lain—sengaja mengaburkan fakta ras di balik insiden kekerasan ini.

Unjuk rasa anti-Israel di London, Inggris.
Unjuk rasa anti-Israel di London, Inggris.

Contoh, Times of Israel menyebut, “Pekan ini, seorang remaja pemegang golok menyerang seorang guru Yahudi di kota Prancis Marseille, mendorong otoritas Yahudi setempat meminta sesama Yahudi tidak mengenakan kopiah tradisional mereka agar tetap aman.”

Si “remaja” yang disinggung Times of Israel nyatanya adalah Muslim Kurdi dari Turki yang tiba di Prancis lima tahun lalu sebagai “pengungsi”—dan dia menyombong kepada polisi pasca serangan bahwa dirinya bertindak “atas nama Allah dan Islamic State”.

“Bahwa banyak Yahudi Eropa merasa Eropa bukan lagi rumah mereka seharusnya menggelisahkan para pemimpin Eropa dan menjadi seruan bangun bagi semua orang yang cemas dengan masa depan Eropa,” kata Kepala Jewish Agency Natan Sharansky sebagaimana dikutip—seolah-olah “bangsa Eropa” patut disalahkan sekali lagi.

Padahal merupakan fakta tak terbantahkan bahwa semua serangan kekerasan terhadap Yahudi bukan datang dari orang Eropa, tapi Muslim yang diimpor ke Eropa—dan bahwa semua organisasi resmi Yahudi mendukung kebijakan imigrasi masal ini.

Yang menambah janggal situasi, kementerian luar negeri negara Yahudi, melalui organisasi berdana negara IsraAID, juga aktif menolong secara fisik para “pengungsi” Muslim masuk ke Eropa.

Dalam artikel April 2015 di majalah Atlantic, contohnya, jurnalis Yahudi Jeffrey Goldberg menulis dalam artikel berjudul “Apa Sudah Waktunya Yahudi Meninggalkan Eropa?” bahwa “para penyebar utama anti-Semitisme kontemporer Eropa dapat dijumpai di komunitas imigran Muslim yang besar dan tercabut haknya di Benua ini.”

Demikian pula, sebuah laporan dalam suratkabar Algemeiner 13 Mei 2015 mengungkap bahwa “studi baru yang dipublikasikan oleh Institute for the Study of Global Anti-Semitism and Policy (ISGAP) mengkonfirmasi apa yang sudah lama dicurigai banyak pihak: kejahatan terburuk terhadap Yahudi di Eropa dilakukan oleh Muslim (Eropa), dan Muslim bertanggungjawab atas serangan anti-Semit dalam jumlah ‘amat besar’ selama 15 tahun terakhir.”

Tapi persis pada waktu yang sama, organisasi-organisasi Yahudi berada di garis terdepan dalam mempromosikan imigrasi Muslim ini pula.

JTA - Yahudi Eropa bantu pengungsi

Dalam artikel di Jewish Telegraphic Agency 8 September 2015 (“Yahudi Eropa, Sadar Akan Resiko, Mendorong Bantuan Untuk Pengungsi”) memberitahukan beberapa contoh desakan Yahudi untuk membantu gerombolan agresor non-kulit putih padahal mereka sadar betul kebanyakan dari pendatang Arab itu “anti-Semit”.

Zoltan Radnoti, ketua terpilih baru dewan rabbi kelompok payung Mazsihisz untuk komunitas Yahudi Hongaria, lantas dikutip menyatakan, “Saya membantu pengungsi disertai kecemasan bahwa saya sedang membantu mengirim bahaya kepada Yahudi lain di Eropa. Saya tahu sebagian pengungsi mungkin pernah menembaki prajurit [Israel] kita. Sebagian lain mungkin berbuat demikian tanpa pikir panjang. Saya tahu. Tapi saya terikat kewajiban untuk membantu.”

Mazsihisz telah mendirikan tempat pengumpulan di lembaga-lembaga Yahudi Budapest. Dari situ mereka mengantarkan makanan, pakaian, popok, obat-obatan, air, dan keperluan lain kepada para agresor.

DI Italia, lapor JTA, komunitas Yahudi Milan membuka pintu museum Holocaust-nya guna menampung agresor tunawisma dari Timur Tengah dan Afrika.

Di Brussels, sambung JTA, Menachen Margolin, rabbi Chabad dan direktur lobi European Jewish Association, memimpin utusan rabbi untuk mengantarkan makanan dan barang tahan lama kepada para agresor.

Yahudi menyambut pengungsi

Yang luar biasa, bahkan Times of Israel sendiri memberitakan sebelumnya (“5 Hal yang Bisa Anda perbuat Untuk Membantu Krisis Pengungsi”, 17 September 2015) bahwa rapat darurat Board of Deputies of British Jews diadakan pada bulan September untuk “mengkoordinir respon 20 organisasi Yahudi Inggris atas krisis pengungsi dan migran”.

Times of Israel - 5 Cara bantu pengungsi

Board of Deputies of British Jews bahkan membuat situs khusus bernama “Support Refugees”, yang didukung oleh semua sinagog dan organisasi besar Yahudi di Inggris, untuk “menjadi toko serba ada bagi mereka yang ingin turut mendukung pengungsi dan pencari suaka di Inggris dan luar negeri”.

Di Hongaria, András Heisler, Ketua Federation of Jewish Communities in Hungary, berkata dalam wawancara Euronews bahwa Hongaria “berkewajiban” menerima Muslim “pencari suaka”.

WJC - Yahudi Hongaria dukung pengungsi

Komentar Heisler diperkuat dalam pernyataan resmi World Jewish Congress, Federation of Hungarian Jewish Communities (Mazsihisz), dan Hungarian Autonomous Orthodox Jewish Community (MAOIH), yang menyebut bahwa “mendukung pengungsi adalah perintah Yudaisme… Bagi komunitas Yahudi, penting sekali menolong mereka yang putus asa. [Jadi] Mendukung orang buangan dan pengungsi adalah perintah Yudaisme. Kami sangat berterimakasih atas pertolongan yang diberikan masyarakat sipil dan kami sendiri menawarkan bantuan lebih jauh demi meringankan beban mereka yang membutuhkan.”

Die Welt - Juden

World Jewish Congress dan Central Council of Jews in Germany juga menerbitkan pernyataan bersama yang menyambut invasi non-kulit putih atas Jerman, menyebutnya “hal benar” dan “evolusi menuju masyarakat terbuka”.

Dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan di suratkabar Die Welt berjudul “Wir Juden wissen, wie bitter Flucht ist” (“Kami Yahudi Paham Apa Artinya Menjadi Pengungsi”), Ronald S. Lauder (presiden World Jewish Congress (WJC)), Dr. Josef Schuster (presiden Central Council of Jews in Germany), dan wakil presiden WJC, mengatakan, “Komunitas Yahudi, di Jerman maupun seluruh dunia, menyambut evolusi menuju masyarakat terbuka ini. Ini hal yang benar.”

Sebagai tambahan, pernyataan WJC mendeskripsikan semua orang Jerman yang menentang banjir pengungsi ke negara mereka sebagai “neo-Nazi”.

CRIF - Pengungsi

Di Prancis, Conseil Représentatif des Institutions juives de France (Representative Council of Jews in France, atau CRIF) menerbitkan pernyataan yang menyeru “para pemimpin Eropa agar menangani isu ini [‘migran’] dengan perikemanusiaan dan kasih.”

CRIF - Pengungsi

Dalam artikel lain yang ditulis Marc Knobel, Direktur Studies di CRIF, dia mendesak Eropa menerima semua “pengungsi”, menyebut “respon bersama Eropa diperlukan untuk memastikan fsilitas tambahan: penyambutan kedatangan, pertolongan dalam pemeriksaan kasus-kasus suaka, serta identifikasi solusi untuk orang-orang yang butuh perlindungan internasional.”

Terakhir, negara Yahudi aktif membiayai dan mendukung secara fisik invasi Muslim atas Eropa lewat lembaga bantuan luar negeri resmi milik pemerintahnya, IsraAID.

 Israel21c - Bagi pengungsi, Israel tak masalah

Menurut artikel dalam layanan berita Yahudi Israel21c, berjudul “Bagi Pengungsi, Tak Jadi Soal Kami Adalah Israel” (20 September 2015), IsraAID telah menempatkan “lusinan” staf bayaran penuh waktu di sepanjang pantai Yunani dan daerah pedalaman—yang tugas tunggalnya adalah memberi bantuan dan dukungan materi kepada agresor Dunia Ketiga yang mendarat, dan menolong mereka lanjut ke Jerman.

Artikel Israel21c mengakui para “pengungsi” ini tidak semuanya dari Suriah (“Selain Irak dan Suriah, ada pengungsi dari negara-negara mencakup Afghanistan, Pakistan, Sudan, dan Somalia”). Meskipun demikian dokter-dokter spesialis telah dikirim “dari Israel untuk menaksir kebutuhan ribuan pengungsi yang mencoba masuk Hongaria dari Serbia”.

IsraAID juga menyediakan makanan, minuman, selimut, dan kotak P3K “Journey of Hope” bagi para pengungsi di Yunani dan Serbia, sambung artikel tersebut. Pada waktu yang sama, mereka membagikan “lusinan gendongan bayi dan selendang bayi yang disumbang oleh orang-orang Israel.”

IsraAID - Di Tanah Yunani, Serbia, dan Kroasia

Menurut situs IsraAID, “pekerjaan” lembaganya di Eropa meliputi “Advanced Emergency Team” di lapangan yang menyediakan dukungan medis dasar dan psikososial bagi para pengungsi, serta membagikan “barang-barang darurat yang amat dibutuhkan, termasuk selendang bayi”.

Sebagai tambahan, kata situs IsraAID, kaum Yahudi telah “mengirim misi penaksiran dan pertolongan ke Serbia dan Kroasia untuk menentukan kebutuhan jangka pendek dan panjang populasi pengungsi yang mengarungi Eropa” dan telah meluncurkan “Mobile Relief Unit demi mengantisipasi pengawasan perbatasan lebih ketat di Hongaria”.

Terakhir, sesumbar IsraAID, mereka telah “memperluas pekerjaannya ke lokasi-lokasi di mana pengungsi diubah arah, di sisi Kroasia perbatasan Serbia, di beberapa titik transit, stasiun kereta dan bus serta di kamp-kamp sementara yang bermunculan. Puncaknya, IsraAID tergolong lembaga pertama yang menyediakan pertolongan bagi lebih dari 11.000 pengungsi yang menyeberang dari Serbia ke Kroasia dalam waktu kurang dari 24 jam”.

Singkatnya, kesimpulan berikut ini jelas:

  1. Semua kelompok terorganisir resmi Yahudi dan negara Israel sedang bekerja penuh waktu untuk mendukung invasi Muslim atas Eropa—dan akan mencela siapapun yang menentang invasi ini sebagai “Nazi”.
  2. Ketika dampak tak terelakkan dari invasi masal Muslim ini langsung mengena—dalam bentuk terorisme Islam dan serangan Muslim terhadap Yahudi sebagai balas dendam atas perlakuan mereka kepada bangsa Palestina dan Muslim lain di Timur Tengah—maka kaum Yahudi ini pula yang pertama kali menjeritkan “anti-Semitisme” dan kemudian menyalahkan bangsa Eropa.

Jika Yahudi betul-betul ingin menghindari anti-Semitisme asli Eropa, maka sudah waktunya mereka berhenti bersikap munafik soal penataan politik dan sosial—dan membiarkan rakyat Eropa memiliki hak yang sama yang mereka tuntut di Israel, yakni negara beretnis homogen.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.