Amerika Sedang Didestabilisasi Dari Dalam

Oleh: Tim Bryant
17 Maret 2016
Sumber: The Last American Vagabond

Ketika sebuah sistem kekuasaan bersifat korup, biasanya ia memiliki dua sasaran utama: mempertahankan sistem kekuasaan sekarang selama mungkin dan memperluas sistem kekuasaan ini untuk kepentingan pemilik dan operatornya. Guna mewujudkan agenda ini tanpa disadari khalayak, orang-orang yang berkuasa tidak membiarkan masyarakat mengidentifikasi dari mana akar korupsi berasal, seraya mempergunakan taktik kecoh untuk memperluas pengaruhnya di bawah bayang-bayang. Sebagaimana pernah saya tulis, satu strategi berdiri sendirian sebagai alat andalan paling efektif bagi penguasa kalau soal mempertahankan/memperluas kekuasaan. Sebagian menyebutnya Dialektika Hegelian, yang lain menyebutnya Masalah-Reaksi-Solusi, di sini cukup disebut Pecah-Belah dan Taklukkan; trik tertua dalam manifesto otoriter.

Mengamati perkembangan Pilpres 2016, jelaslah negara ini semakin terpecah-belah seiring mendekatnya Hari Pemilu. Contoh mutakhir terlihat di rapat umum Donald Trump yang diadakan di Chicago di mana sekelompok besar pengunjuk rasa anti-Trump muncul untuk mengacaukan acara. Perkelahian pecah dan terjadi beberapa penangkapan, akibatnya Trump membatalkan acara sebelum sempat berpidato. Pertanyaan nyata yang harus dilontarkan adalah: “kenapa semua ini terjadi” dan “siapa yang bertanggungjawab atas semuanya”. Bila kita mengambil langkah mundur dan melihatnya secara objektif, akan tampak bahwa apa yang kita anggap kekacauan organik sebetulnya dimanipulasi dari puncak dalam upaya memecah-belah negara agar para pemegang kekuasaan dapat terus memperluas dan mempertahankannya.

Kekacauan Dari Medan Kiri?

Mari kita jujur, mayoritas orang Amerika tidak tahu bagaimana sebetulnya sistem kekuasaan bekerja, jadi dalam kegaduhan tiba-tiba ini banyak orang mengira semua itu datang dari medan kiri. Namun, selagi media arus utama terus meliput ketegangan politik, masyarakat mulai mencari seseorang untuk dikambinghitamkan. Kandidat paling nyata untuk menerima sebagian besar pengkambinghitaman adalah Donald Trump, karakter pas dalam setiap arti kata tersebut. Katakan apa saja yang Anda mau tentang Trump, karena ada banyak yang bisa dikatakan, tapi pemikiran bahwa semua ketegangan antara kiri dan kanan ini adalah gara-gara Trump rasanya konyol. Nyatanya, ketegangan yang mengemuka saat ini telah terbangun selama beberapa waktu. Bahkan, seluruh sistem sedang kolaps jauh sebelum Trump menjadi sorotan politik.

Ketidakmerataan kekayaan, ketegangan rasial, korupsi pemerintah, hilangnya kebebasan sipil, ekspansi pemerintah, kehancuran mata uang, globalisasi, ekonomi lemah, stres berlebih, kerusakan lingkungan, dan sentralisasi kekuasaan secara umum merupakan masalah-masalah yang telah berkembang selama beberapa dasawarsa, jika tidak lebih. Mereka bukan isu terpisah, melainkan saling terhubung dan sistemik. Masalahnya, mayoritas orang telah tidur dalam kendali, sehingga semua ketegangan ini muncul ke garis depan saat orang-orang mulai terbangun oleh apa yang sebetulnya terjadi. Tetap saja, kebanyakan orang akan beranggapan semua kekacauan ini terjadi secara organik gara-gara persaingan sudutpandang dan kepentingan di dalam sistem, bersama seabreg “kebetulan”.

Walau ini benar sampai taraf tertentu, kebenaran tersembunyi dan lebih penting yang tidak dipahami penuh oleh mayoritas masyarakat adalah bahwa di puncak piramida bertengger jaringan orang-orang yang memainkan kedua kubu dalam permainan politik dan ekonomi dengan kesetiaan yang melampaui partai-partai politik. Malah, jaringan mereka telah menelan kiri maupun kanan, memastikan dominansi kekuasaan berkelanjutan tanpa peduli siapa yang akan jadi presiden. Untuk menyembunyikan kebenaran, para dalang dengan teliti memecah massa ke dalam kelompok-kelompok dan sengaja mengadukan mereka satu sama lain, agar mereka berpikir kubu lain adalah musuh. Ini menciptakan kekacauan di antara kedua kubu, seraya menyembunyikan fakta bahwa para pemimpin di kedua kubu bekerja untuk tim yang sama. Sementara kedua kubu menghabiskan waktu dengan saling bertarung, penguasa tim terus-terusan menang.

Kekacauan Disengaja

Harusnya kini sudah jelas bahwa seluruh media arus utama dimiliki oleh segelintir orang di puncak tersebut. Dalam hal ini, mereka yang memiliki Fox News tidak berbeda dari mereka yang memiliki CNN atau MSNBC. Mereka tampak berbeda saat Anda menonton kontennya, tapi kepentingan dan agenda pemilik lebih terhubung di balik layar. Para miliarder mempunyai lebih banyak kesamaan dengan satu sama lain ketimbang dengan masyarakat; meski konflik internal mungkin terjadi, mereka biasanya bersatu ketika dorongan datang mendesak. Mereka berbuat begitu demi kepentingan terbaik mereka. Jika mempertimbangkan ini, seharusnya menjadi jelas bahwa media adalah salah satu tempat paling kentara yang darinya kekacauan dan perpecahan ini diproduksi di Amerika.

Tengok saja penembakan Michael Brown dan kerusuhan Ferguson sebagai contoh gamblang. Dalam Fox News, pemberitaan dirancang sebagian besar di balik [kepentingan] melindungi polisi, menjelekkan pengunjuk rasa dan Michael Brown, dan memberi sedikit hingga nihil perhatian pada masalah nyata kebrutalan polisi yang eksis dalam budaya Amerika, khususnya di komunitas minoritas. Dalam CNN dan MSNBC, pemberitaan cenderung mengakui rasisme sistemik di Amerika dan penyalahgunaan wewenang polisi, tapi sering terlalu fokus pada ras, seraya tidak menyelami persoalan secara lebih dalam. Yang tidak disadari kedua kubu adalah bahwa informasi yang mereka peroleh kebanyakan setengah benar, diiringi surplus informasi dan konteks yang hilang atau tak diliput. Masalah riilnya adalah seluruh sistem pemerintahan bersifat korup, jadi meski ia lebih banyak merugikan minoritas, tapi tidak betul-betul menguntungkan mayoritas. Kenyataannya, ia adalah [sistem] “Si Kaya” vs “Si Miskin”. Karena jumlah “Si Kaya” sangat sedikit, orang-orang di puncak sengaja menggunakan media untuk memecah kita dalam berbagai isu sehingga kita tidak bersatu seputar musuh sesungguhnya.

Ini berjalan lebih dalam lagi, karena banyak unjuk rasa counterculture sebetulnya didanai oleh pemain yang sama yang memanipulasi media. Media tidak memberitakan dalam peliputan unjuk rasa Ferguson bahwa gerakan tersebut didanai oleh tak lain dan tak bukan oligarki miliarder korup George Soros, yang menyumbang 33 juta dolar kepada gerakan Black Lives Matters di Ferguson. Dia adalah orang yang juga bertanggungjawab atas pendanaan dan pemecahbelahan rakyat Ukraina, mengakibatkan destabilisasi negara tersebut, yang kini sedang kolaps di ambang perang saudara/perang proksi antara NATO dan Rusia.

George Soros adalah definisi oligarki globalis; di manapun tangannya berada, publik perlu waspada. Dengan mempertimbangkan itu, akan terlihat bahwa banyak unjuk rasa ricuh yang kita saksikan di Ferguson sebetulnya adalah pengunjuk rasa bayaran dibaur dengan massa dan bertindak sebagai agen provokator untuk menghasut kekerasan dan menciptakan kekacauan. Aksi kekerasan dan perusakan di dalam kota ini membuat marah basis konservatif, sementara kebrutalan polisi dan penindasan sistemik membuat marah basis liberal. Keduanya punya hak untuk marah; tapi mereka tidak sadar bahwa mereka saling membutuhkan untuk mendongkel dalang sejati di puncak yang mengadu domba mereka. Mereka tak punya harapan jika terpecah-belah.

Segudang Kontradiksi

Mencermati Pilpres 2016, mulai jelaslah, atau minimal mencurigakan, bahwa Amerika sedang dipecah-belah oleh para pemain kekuasaan guna menyembunyikan benalu pendamba kekuasaan yang bertengger di puncak.

Pertama-tama, mari tengok Trump; penjahat utama dalam semua kekacauan ini. Donald Trump adalah perpaduan kontradiksi yang lengkap. Di satu sisi, dia berisik, menyebalkan, tidak peka, samar, dan ofensif dengan banyak pernyataan yang dibuatnya. Tak diragukan lagi, dia membuat marah orang-orang, terutama di komunitas minoritas, atas komentar-komentar kelewatan yang dimainkan di media sepanjang hari. Dia sangat tidak presidensial dalam penampilannya dan sulit sekali dibayangkan sebagai presiden. Dia juga cenderung mengatakan apapun yang dia rasakan, yang bisa membuat banyak orang bertanya-tanya apakah dia punya prinsip nyata. Dia berhak atas kebebasan berbicara, tapi relawan pendukungnya diminta menandatangani perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement) yang menyatakan mereka tidak akan mengkritik Trump.

Di sisi lain, dia ditentang oleh seluruh elit penguasa. Orang Demokrat membencinya, GOP (Republik) membencinya, dan mayoritas media membencinya pula. Dia juga diduga didanai secara independen dan berseberangan dengan kepatutan politis; ini sangat menarik masyarakat, mengingat kelakuan politisi robot standar yang menjadi calo kepentingan khusus saja. Maksud saya, siapa yang tidak nikmat melihat Trump mencabik-cabik mereka? Terakhir, dia membuat pernyataan tentang isu-isu yang tak berani disinggung politisi lain, seperti perilisan 28 halaman terklasifikasi mengenai 9/11, potensi bahaya vaksinasi yang dipaksakan, menyerang politisi lintas garis partai, dan mengakui teori-teori konspirasi tertentu.

Ini menghasilkan argumen menarik berkenaan dengan Donald Trump. Di satu sisi, media menentangnya habis-habisan, tapi dia memenuhi waktu siar di semua kantor media besar. Ini justru membantu kampanyenya, dan naif sekali jika kita berpikir media tidak tahu ini. Jika mereka memang menentang Trump, akan lebih tepat menjauhkannya dari media sama sekali, seperti yang mereka lakukan pada Ron Paul. Namun, tampaknya semua pemain jaya dalam elit kekuasaan kiri maupun kanan memburunya, bahkan republikan menyalahkannya atas kekerasan yang terjadi. Ini lagi-lagi bertentangan dengan fakta bahwa Trump berbisnis dengan beberapa oligarki besar, termasuk mendapat pinjaman masif dari George Soros dan melakukan kesepakatan bisnis dengan Rockefeller dan Rothschild. Dia juga mempunyai pertalian dengan pedofil Jerry Epstein, menyumbang untuk kampanye Clinton beberapa kali, dan mengaku mendapat petuah tentang kebijakan luar negeri dari Richard Haas, Presiden Council on Foreign Relations. Faktanya, dia adalah miliarder, dan orang tidak menjadi miliarder tanpa menjadi orang dalam sampai taraf tertentu dan mengerti bahwa permainan berjalan dengan cara tertentu pada level tertinggi.

Terus ada Bernie Sanders dan para pendukungnya yang membubarkan rapat umum Trump di Chicago dan mendirikan emblem-emblem Bernie sambil memuji-muji Bernie Sanders setelah Trump mengumumkan pembatalan acara. Di satu sisi, Bernie Sanders sudah mengidentifikasi banyak masalah sistemik di negara ini yang berlandaskan fakta, misalnya: ketidakmerataan kekayaan, korupsi sistemik, dan peperangan kaum imperialis. Dia tampak jujur saat berbicara, dan kampanyenya tidak didanai oleh kepentingan khusus yang sudah kita hafal. Para pendukungnya punya banyak alasan untuk kecewa, karena negara ini tidak dalam kondisi bagus. Di sisi lain, dia adalah seorang Keynesian dan mendukung pemerintahan besar, yang mengangkat bendera merah bagi siapapun yang meneliti sejarah pemerintahan dan ekonomi. Dia juga mendukung banyak perang, terlepas dari keyakinan para pendukungnya, dan mengabaikan sumber-sumber penyebab sistem rusak ini, seperti Federal Reserve, CIA, dan berbagai lembaga negara. Sangat dipertanyakan apakah sistem miliknya akan lebih baik untuk rakyat Amerika. Ini membawa kita pada rapat umum Trump.

Rapat Umum Trump Dimanipulasi?

Banyak orang tidak begitu tahu bahwa George Soros sekali lagi berada di balik pelaksanaan dan pendanaan unjuk rasa anti-Trump di Chicago melalu kelompoknya, MoveOn.org. Menurut Move On, ini baru permulaan, menyatakan,

“Tn. Trump dan para pemimpin Republik yang mendukungnya dan retorika kebenciannya pasti terperingatkan pasca peristiwa malam ini. Kepada semua orang yang turun ke jalan-jalan Chicago, kami sampaikan terimakasih sudah berdiri dan berkata “cukup”. Kepada Donald Trump, dan GOP, kami katakan, selamat datang di pemilihan umum.”

Rupanya, walaupun banyak dari pengunjuk rasa tersebut adalah organik, mereka masih kalah banyak dengan pengunjuk rasa bayaran yang bertindak sebagai agen provokator untuk menghasut kekacauan. Sementara pendukung Trump bukanlah malaikat, provokator bayaran teramat mengecoh dan berbahaya, apalagi jika ini terus meningkat. Ini juga terjadi cuma beberapa hari setelah para raksasa teknologi dan elit GOP bertemu diam-diam untuk menghentikan Trump.

Fakta menarik lain adalah bahwa orang yang mencoba menyerbu panggung di rapat umum Trump di Dayton, Ohio, yakni Tommy DiMassimo, bukan saja berprofesi sebagai aktor, tapi pernah ditampilkan di media dalam beberapa unjuk rasa, termasuk di Stone Mountain (GA) dan Wright State. Meski bisa dipotong sebagai kebetulan, menarik untuk dicatat bahwa pria ini, yang kebetulan seorang aktor, pernah tampil berkali-kali di media untuk membela perkara-perkara yang didanai George Soros. Orang lain yang terlihat dan diwawancarai dalam unjuk rasa itu adalah Bill Ayers, teroris domestik terkenal, sebagaimana didokumentasikan oleh FBI sebagai salah satu pendiri kelompok komunis Weather Underground. Kelompoknya mengaku bertanggungjawab atas beberapa pengeboman bermuatan politik pada 1970-an, termasuk serangan di Pentagon. Bill Ayers juga dikenal sebagai salah satu orang yang meluncurkan karir Barrack Obama, dan menurut memoarnya, menganggap Obama sebagai “sahabat keluarga”.

Pasca rapat umum, Bernie dan Hillary tentu saja menyalahkan Trump, sementara Trump menyalahkan Sanders lantaran sudah memulai kekacauan. Media sekali lagi membelah massa, yang justru menambah perpecahan sejak insiden itu. Padahal masalahnya jauh dari hitam dan putih, tapi justru area abu-abu besar. Ada banyak pertalian menarik dan tumpang-tindih, yang mempersulit kita dalam merangkai gambaran besarnya. Kita cuma bisa berspekulasi seperti apa agenda gambaran besar tersebut berdasarkan data sekarang.

Agenda Gambaran Besar

Dalam gambaran ini ada dua kandidat “anti-elit” pada diri Bernie Sanders dan Donald Trump, yang menghimpun basis politik kiri dan kanan, yang sebagian besar meninggalkan politik partai mapan. Mereka saling berseberangan dan membangun polarisasi. Pertanyaannya, kenapa ini terjadi padahal harusnya mereka melawan sistem mapan yang ada. Jawabannya sekali lagi adalah kekacauan terencana, yang memecah-belah masyarakat dan menyembunyikan perkara sesungguhnya.

Sebagian orang percaya, rencananya adalah membuat Donald Trump tampak gila, agar ketika Bernie kalah dalam pemilihan pendahuluan dan Hillary menjadi capres demokrat, Hillary akan terlihat sebagai pilihan “waras” enteng. Ini akan sangat masuk akal mengingat besarnya koneksi orang dalam yang Hillary punya, termasuk uang George Soros. Setiap orang tahu, Hillary adalah politisi elit korup, jadi satu-satunya solusi logis untuk memasukkannya ke Gedung Putih adalah mendiskreditkan calon lain. Alhasil, banyak orang berspekulasi bahwa kubu Hillary-lah yang merencanakan unjuk rasa rusuh dalam rangka membuat Bernie tampak jelek dan mengkambinghitamkan Trump. Di saat bersamaan, Trump dan keluarga Clinton punya banyak pertalian, contohnya keluarga Clinton menghadiri pernikahan Trump dan Trump memberi banyak donasi kampanye untuk Hillary selama bertahun-tahun. Ini telah menjadi bahan spekulasi serupa bahwa Trump sengaja dipakai untuk memecah Partai Republik dan memberi Hillary anggukan presidensial. Seorang presiden Hillary, sepertinya itu yang dimau para pemain kekuasaan.

Lalu ada orang lain berspekulasi bahwa Trump adalah masalah besar dan bahwa elit kekuasaan sedang berbuat semampu mereka untuk menjatuhkannya. Ini akan masuk akal mengingat reaksi buruk terhadapnya dari elit kekuasaan dan bahwa media tampak bermaksud menghancurkannya. Yang lain berspekulasi seluruh permainan ini adalah sandiwara dan sebetulnya mereka ingin Trump menjadi presiden berikutnya. Ini juga masuk akal mengingat dia mendominasi tajuk utama, padahal media tahu bahwa sorotan justru membantunya. Dia adalah miliarder dengan koneksi masif, jadi agak sulit dipercaya dia tidak tahu soal itu semua. Boleh jadi dia dimanfaatkan oleh para penguasa sebagai “orang kuat” yang dapat memperketat kendali sistem dan membasmi pembangkangan. Dengan tersadarnya masyarakat, seorang kandidat garis keras adalah persis yang dibutuhkan untuk mempertahankan kekuasaan.

Menurut pendapat sederhana saya, sepertinya ada plot pada suatu level di puncak untuk mendestabilisasi Amerika dari dalam agar New World Order dapat dihadirkan. Semua kebijakan ekonomi Federal Reserve, semua undang-undang yang diperundangkan oleh negara keamanan Big Brother, dan semua militerisasi kepolisian menunjuk ke arah rencana penghancuran Amerika ini. Ditambah serangan bendera palsu dan bayangan keruntuhan ekonomi, maka Anda punya dasar untuk keruntuhan masyarakat skala penuh dan undang-undang darurat perang. Penting untuk diingat, orang-orang di puncak merupakan kaum globalis, jadi hukum dan pemerintahan internasional adalah sasaran jangka panjang sesungguhnya. Dalam rangka menghadirkan ini, mereka harus menjatuhkan AS sebab tidak boleh ada adidaya nasional global dalam sistem dunia. Ini akan bergandengan dengan pertumbuhan wilayah Timur dunia.

Jelas tak seorangpun tahu dengan pasti, sebab masih begitu banyak yang harus dilakukan. Yang terpenting masyarakat harus sadar ada banyak interkoneksi di puncak. Walaupun orang-orang tampak bermusuhan, banyak dari mereka bekerjasama di balik layar dan memainkan kedua kubu. Para penguasa mempunyai kesetiaan tinggi yang bagi mereka lebih penting daripada kebaikan masyarakat, dan akan selalu berbuat apa saja untuk mempertahankan kekuasaan. Kecil kemungkinannya mereka akan biarkan seseorang yang tidak kooperatif untuk terpilih lewat pemilu. Seperti kata Franklin D. Roosevelt, “Presidents are selected, not elected.”

Penting pula masyarakat menyadari bahwa orang-orang di puncak sengaja memecah-belah kita dan mengadu domba kita. Di sinilah kita harus bangun, karena kita tidak bisa mengatasi masalah hakiki tanpa bersatu. Ini termasuk komunitas minoritas bersatu dengan polisi, pendukung Sanders bersatu dengan pendukung Trump, dan semua orang budiman bersatu. Mereka akan meningkatkan kekacauan, jadi sekarang saatnya kita bertindak. Kota Cleveland sudah membeli banyak alat kerusuhan mengantisipasi konvensi GOP, Move On sudah mendeklarasikan lebih banyak unjuk rasa di acara-acara Trump, dan pendukung Trump sudah membangun milisi relawan untuk melindungi rapat-rapat umumnya. Ini bukan lelucon, dan jika masyarakat tidak mulai memahami apa yang berlangsung di balik layar, itu bisa gawat. Tak seorangpun menginginkannya, apalagi bila dibangun di atas kebohongan dan manipulasi.

Saatnya bangun dan menyadari bahwa musuh kita bukanlah satu sama lain, tapi justru orang-orang yang mendalang di puncak. Satu-satunya cara menghentikan destabilisasi negeri ini adalah mengidentifikasi target sejati dan memburunya. Hanya saat kita melakukan itu perubahan nyata mungkin terwujud.

Tentang Penulis

Pemikir bebas yang keranjingan, Tim telah memulai misi pencarian kebenaran dalam apapun bentuknya. Sejak tersadar beberapa tahun silam, hasratnya akan pengetahuan dan keadilan telah membimbingnya dalam perjalanan menuju riset komprehensif, safari budaya, dan perluasan pikiran secara utuh. Tim merasa informasi yang mengalir bebas ke tangan khalayak, berkat lahirnya internet, tidak dapat dihentikan pada titik ini, jadi dia bercita-cita membantu memfasilitasi dan mematahkan arus informasi kompleks ini, agar orang lain dapat mempercepat ketersadaran mereka sendiri dan menjadi bagian dari perubahan niscaya yang sedang berlangsung di masyarakat.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.