Bagaimana China Turut Menyebabkan Krisis Pengungsi Suriah

Oleh: David Volodzko
14 September 2015
Sumber: The Diplomat

Dengan mengekspor teknologi rudal ke Iran, China praktisnya mempersenjatai pasukan Suriah dan memperburuk perang sipil.

Pengungsi Suriah
Kredit: Thomas Koch/Shutterstock.com

Sejak penjatuhan sanksi atas Iran, 31,7% ekspor senjata ke negara itu, atau senilai $4,25 triliun, dipasok oleh China. Kiriman China ke Iran utamanya terdiri dari sistem misil udara-ke-permukaan (SAM) HongQi-7 dan SAM Crotale R440. Hanya Rusia yang mengirim lebih banyak senjata ke Iran; tak ada negara lain menandingi angka itu.

Lebih jauh, Iran berada di urutan kedua setelah Rusia dalam memasok senjata ke Suriah, dan dari 2000 sampai 2014, 85% dari nilai senjata itu berbentuk sistem pertahanan udara dan rudal.

Dengan kata lain, Rusia dan China adalah pemasok terbesar sistem pertahanan udara ke Iran, sementara Rusia dan Iran adalah pemasok terbesar sistem tersebut ke Suriah. Dan karena Iran sedang bekerjasama dengan Suriah menyangkut teknologi rudal balistik, dengan mempersenjatai Iran praktisnya China mempersenjatai Suriah juga.

Bukan rahasia lagi bahwa Suriah dan Irak, tinjau seorang penulis, “dibanjiri senjata Rusia, Iran, dan China”. Tidak mengherankan pula bahwa pemberontak kedapatan memakai teknologi rudal China. Tapi ini bukan hasil kalkulasi China; ini adalah konsekuensi tak terhindari sebagai salah satu pedagang senjata terbesar di dunia.

Namun, China punya pilihan soal pemasokan Suriah lewat proksi. Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggungjawab atas pembantaian paling mematikan dalam Perang Sipil Suriah. Dari Januari sampai Juli, pasukannya membunuh 7.894 orang. Itu kira-kira tujuh kali lipat jumlah orang yang dibunuh oleh Islamic State selama periode tersebut. Implikasinya, krisis pengungsi Suriah bukan disebabkan oleh Islamic State tapi oleh upaya berdarah-darah Assad untuk tetap berkuasa. Tapi, tak terusik oleh pertumpahan darah ini, pintu toko China tetap buka.

Yang lebih buruk, pada 8 September, Xinhua menyatakan, “AS seharusnya memikul tanggungjawab dalam krisis pengungsi yang mematahkan harapan di Eropa karena kebijakan kontroversialnya di Timur Tengah telah mengakibatkan peperangan dan kekacauan yang memindahkan manusia dalam jumlah besar.”

Artikel itu ditutup dengan mengatakan bahwa “sebagai solusi, perdamaian dan stabilitas harus ditegakkan di kawasan itu. Tapi ini tak bisa dilakukan kecuali kalau AS mengemban tanggungjawabnya dan meralat kekeliruannya”.

Sentimen ini digaungkan dalam People’s Daily. Dan meski benar bahwa intervensi AS di kawasan tersebut memainkan peran besar dalam membawa kita ke momen sekarang, adalah salah jika kita berpura-pura China tidak punya andil di dalamnya. China memveto empat resolusi PBB untuk intervensi di Suriah. Sebagaimana ditulis Adrien Morin dari The Diplomat:

Barat frustasi oleh pragmatisme, atau seperti kata kritikus, ketiadaan nilai, dalam kebijakan luar negeri China. Ini tidak sesuai secara de facto dengan ideal moral Barat, yang mengetengahkan hak azasi manusia atau argumen etika lain. Realpolitik China dipandang asusila, jika bukan tunasusila.

Bukan berarti China acuh tak acuh terhadap penderitaan rakyat Suriah. Sebaliknya, pada Juni 2014, China menyumbang $16 juta bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Suriah. Tentu China lebih suka negara-negara lain tidak mencampuri urusan dalam negerinya, jadi ia mempraktekkan etika timbal-balik.

Tapi tudingan bahwa AS menghindari tanggungjawab adalah sebuah propaganda malas, paling banter. AS telah menyumbang $4,11 miliar bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Suriah, dan yang lebih penting, ia tidak memberi dukungan tak langsung kepada sosok yang bertanggungjawab atas krisis ini: Assad.

Saya tidak menentang non-intervensionisme China. Saya cuma bermasalah dengan klaim mempraktekkan non-intervensi seraya menjual lebih banyak senjata daripada negara manapun di dunia, termasuk ke beberapa negara yang terlibat konflik, lalu bermulut soal siapa yang harus disalahkan seraya tak mau disalahkan.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.