Apakah Putin Mengorganisir Krisis Migran Sebagai Senjata Pemusnah Masal yang Diarahkan ke UE?

12 Maret 2016
Sumber: P.V.E. Wood

Saya sudah lama skeptis terhadap penafsiran yang disodorkan mayoritas wartawan berbahasa Inggris yang meliput Suriah. Mereka, seperti pemerintah AS dan Inggris, ingin rezim Assad pergi. Menurut saya, satu-satunya kepentingan kita harusnya adalah perdamaian di negara tersebut dan kawasan, bukan perubahan rezim, bukan pula menghadang Rusia atau Iran. Hal terbaik yang bisa terjadi adalah perdamaian yang melibatkan rezim reformasi. Setelah sampai pada kesimpulan ini, saya mendapati teman-teman Kristen Suriah, yang tidak mencintai rezim, berpikir serupa. Saya masih berpikir demikian dan saya harap intervensi Rusia dapat mewujudkan ini. Rusia berkepentingan untuk keluar dengan cepat dan sukses.

Namun saya sudah belajar jauh lebih banyak tentang pendapat khalayak di Suriah, yang sebelumnya saya duga-duga. Saya tak lagi membayangkan bahwa mayoritas rakyat Suriah ingin pemberontak dikalahkan. Justru sebaliknya.

Saya sudah bicara dengan orang-orang Inggris yang pernah ke Suriah baru-baru ini, baik di wilayah kendali pemberontak maupun wilayah kendali pemerintah, yang menyampaikan bahwa sebagian besar rakyat Suriah di kedua pihak benci pada rezim dan menyalahkannya atas perang tak perlu dan sangat brutal, alih-alih menyerahkan kekuasaan kepada pemberontak sejak dini. Rezim bersalah atas banyak kejahatan mengerikan, jauh lebih banyak dari ISIS, meski pemberontak “moderat” juga bersalah atas banyak kejahatan menyeramkan. Pemberontak moderat tidak moderat dalam metode mereka, mereka moderat dalam arti bukan Islamis.

Para Islamis, yang kebanyakan dilepas dari penjara beberapa tahun lalu oleh Assad, menyusun separuh pemberontak. Rezim sudah lama ingin memperkuat Islamis dengan mengorbankan pemberontak non-Islamis. Assad menuding Saudi dan Turki membantu ISIS, padahal dia sendiri melakukannya.

Rusia, yang secara ekonomi sedang jatuh bebas, punya banyak maksud dalam intervensi di Suriah. Salah satunya adalah mengalihkan pikiran khalayak dari masalah mereka. Satu lagi adalah mengamankan kontrol udara di sekitar pangkalan AL Tartus. Satu lagi adalah memungkinkan proyek pipa Iran-Irak-Suriah, yang akan membuat Rusia mengendalikan ekspor gas ke Eropa, dan mencegah proyek pipa yang menghubungkan Qatar, Arab Saudi, Yordania, dan Suriah ke Turki. (Ini, saya duga, adalah bagian dari alasan kenapa AS dan Inggris menghendaki perubahan rezim.) Tujuan lain adalah gengsi, kejayaan, dan pengaruh di Timur Tengah dan balasan terhadap Amerika dan NATO. Semua tujuan ini betul-betul logis dari sudutpandang Rusia. Ini Permainan Besar.

Tapi satu sasaran penting, setidaknya menurut Jenderal Philip Breedlove, Panglima Supreme Headquarters Allied Powers Europe NATO, adalah untuk membuat banyak orang di wilayah kendali pemberontak melarikan diri, melalui pengeboman sipil, termasuk rumah sakit, secara membabi buta. Ini memberi rezim lahan untuk dihadiahkan kepada orang-orang mereka dan memperkuat tanah air Alawi dekat pesisir, tapi bagi Vladimir Putin itu bermanfaat besar mendorong migran masuk ke Turki dan kemudian ke Eropa, sehingga mendestabilisasi UE, menghukumnya atas sanksi yang dijatuhkan pada Moskow pasca invasi Rusia ke Ukraina.

Saya yakin Rusia punya kekuatan untuk memikul malapetaka UE tapi apakah ini tujuan utama Rusia atau bonus? Saya belum melihat penjelasan lain kenapa para penyelundup manusia tiba-tiba menurunkan ongkos penyeberangan ke Yunani tahun lalu, yang menyebabkan krisis. Penjelasan bahwa Rusia mengaturnya sangatlah masuk akal.

Banyak dari kita senang Putin berusaha mendestablisasi Angela Merkel, karena kita ngeri oleh kebijakan migrasinya, tapi jika keputusan gegabahnya untuk memasukkan migran dalam jumlah tak terbatas, tanpa paspor atau dokumen, ke Jerman adalah respon terhadap pemanfaatan migran sebagai senjata oleh Rusia, maka Vladimir Putin-lah yang seharusnya kita salahkan. Tapi menyalahkan tidaklah penting—yang penting adalah menghentikan arus migrasi.

Saya masih tak punya bukti bahwa Rusia merekayasa krisis migran. Para koresponden perang yang berpengalaman dan independen seperti Robert Fisk, Charles Glass, dan Patrick Cockburn, belum bilang apa-apa soal itu. Tak seorangpun paham sepenuhnya apa yang sedang terjadi. Saya dengar dinas rahasia Inggris tidak ragu bahwa invasi migran diatur oleh Kremlin, dan berbagai sumber termasuk NATO baru-baru ini mengumumkan hal ini. Saya heran kenapa bukti-bukti tidak diberikan kepada pers dan kenapa ini tidak ketahuan musim panas lalu, ketika eksodus besar dimulai.

Saya mendengar cerita-cerita tentang kapal tak layak melaut dibeli di tempat-tempat seperti Odessa dengan harga residu (scrap value), ditarik ke Turki, dan digunakan untuk mengirim para migran. Mereka adalah “kapal hantu” tanpa awak—para migran disuruh menyetirnya. Ada banyak uang didapat dalam bisnis ini oleh mafia Rusia, yang punya koneksi erat dengan dinas rahasia Rusia dan para mantan perwira KGB, salah satunya Vladimir Putin.

Jika Rusia menyebabkan krisis migran, ini akan menjelaskan kenapa tidak ada gelombang pengungsi sebanding dari Irak bertahun-tahun lalu.

Sangat mungkin Vladimir Putin sengaja menciptakan krisis migran, tapi, jika demikian, Angela Merkel telah membuat keadaan jauh lebih buruk—sebagaimana George W. Bush membuat al-Qaeda jauh lebih berbahaya dengan reaksinya terhadap peristiwa 11 September. Serbuan migran menjelaskan tapi tidak, menurut saya, membenarkan keputusan Angela Merkel untuk menyuruh mereka datang ke Jerman. Dengan begitu dia telah menyebabkan lebih banyak penyelundupan manusia dan lebih banyak peristiwa tenggelam.

Dia juga telah membuat preseden krusial dan simbolis. Selalu ada perang dan selalu ada banyak orang dari negara miskin yang ingin tinggal di negara kaya. Perahu-perahu akan terus berdatangan, sebab tak ada batas tertinggi untuk jumlah orang yang ingin datang ke Eropa, kecuali kalau Eropa memutuskan untuk tidak menerima pencari suaka lain dari Asia dan Afrika.

Sejauh ini satu juta migran telah tiba di Eropa lewat rute ilegal, hanya 38%-nya berasal dari Suriah. 1.200.000 pengungsi Suriah ada di Lebanon. 15% pengungsi perempuan Suriah di Turki sedang hamil.

Turki hampir tak berbuat apa-apa untuk mencegat keberangkatan perahu-perahu ini dan sedang menggunakan para migran sebagai alat untuk menggertak UE. Teman-teman yang membaca forum-forum internet dalam bahasa Arab memberitahu saya bahwa banyak Muslim menyambut serbuan migran ini sebagai bagian dari Islamisasi Eropa, dan memang demikian. Saya yakin monarki Saudi dan pemerintah Iran melakukan itu.

Yang terbukti dengan sendirinya adalah bahwa orang-orang ini bukan lagi pencari suaka ketika meninggalkan Turki, di mana mereka mendapat suaka. Mereka menjadi migran ekonomi dan imigran ilegal. Di sisi lain, kamp-kamp belum pasti tempat yang aman. Di kamp-kamp Suriah dan Turki, para wanita dan anak kecil kadang diserang secara seksual, diganggu, atau diperkosa oleh para pengungsi. Saya mendapat kabar, masalah lebih besar adalah anak-anak dikumpulkan dari kamp-kamp oleh geng kriminal untuk dijual di Eropa.

Anak-anak migran sama tidak amannya begitu sampai di Eropa. Sekurangnya 10.000 pengungsi anak tanpa pendamping raib setelah mendaftar di pihak berwenang.

Rusia mematuhi aturan gencatan senjata di Suriah dan pengeboman sipil telah usai. Kita harap Rusia dan Amerika dapat menghadirkan perdamaian abadi. Saya berpendapat solusi seperti di Bosnia, solusi dua negara dalam konfederasi longgar, adalah jawaban. Saya mengharapkan wilayah otonomi Kurdi dengan kemerdekaan de facto. Mungkin jika gencatan senjata berlaku, sebagai gantinya kita akan mendapatkan konflik beku tanpa batas waktu, sesuatu yang seringkali lebih Rusia sukai dan mereka dalangi di Donetsk, Lugansk, Transnistria, Nagorno-Karabakh, South Ossetia, dan Abkhazia. Ini jauh lebih baik daripada perang.

Mungkin para pemimpin puncak dapat disingkirkan dari rezim sebagaimana terjadi dalam revolusi Rumania. Mungkin rezim reformasi dapat menjadi sedikit demokratis, sebagaimana seharusnya terjadi di Irak. Tapi pemerintahan diktator Suriah dan Irak mengandalkan dukungan kelompok minoritas dan tidak disukai oleh kelompok mayoritas. Setidaknya Assad tidak hanya mengandalkan Alawi, Syiah, Kristen, dan minoritas Arab lain—militer Suriah diisi oleh banyak perwira Sunni dan Damaskus, yang dikuasai pemerintah, adalah kota mayoritas Sunni. Bagaimanapun, kita tak punya alasan untuk menduga Vladimir Putin akan menyingkirkan Assad. Boleh jadi dia ingin menunjukkan bahwa, tak seperti AS, dirinya setia kepada teman.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.