Gelombang Migran Lain Sedang Dalam Perjalanan

Oleh: Peter Hitchens
18 April 2015 (Update 19 April 2015)
Sumber: Daily Mail

Aneh, betapa sedikit yang kita dengar dari kaum liberal Inggris tentang pecahnya kekerasan keji anti-imigran pekan ini.

Warga kulit hitam Afrika Selatan turun ke jalanan Durban dan Johannesburg, dengan biadab menyerang dan mengancam imigran kulit hitam dari wilayah Afrika lain.

Apapun ini, bukan ‘rasis’. Penyerang dan korban hampir semua orang Afrika kulit hitam. Fakta bahwa ini terjadi di sebuah negara yang dianggap oleh kaum liberal sebagai surga pelangi (padahal tidak) juga sangat sulit untuk mereka tangani.

Perusuh di Johannesburg.
Video
Polisi menembakkan peluru karet pasca gelombang kekerasan anti orang asing.

Kenyataan suramnya, migrasi masal, apapun warna kulit pelakunya, mengusik dan merisaukan masyarakat pribumi, terutama kaum miskin. Jika tidak dikendalikan—dan Afrika Selatan telah gagal mengendalikannya selama bertahun-tahun—ini bisa berujung pada konflik sosial serius.

Dan jika Anda pikir ini tidak mempengaruhi kita, Anda salah secara mengkhawatirkan. Afrika sedang meledak di utara dan selatan, sementara perang dan kelaparan mencerabut jutaan warganya yang tak bahagia.

Intervensi David Cameron yang tak bertanggungjawab dan bodoh di Libya (ini saja mestinya cukup untuk memastikan dia tak pernah memegang tanggungjawab jabatan lagi) kini sedang menimbulkan salah satu pergolakan manusia terbesar di zaman modern.

Gelombang kesengsaraan manusia sedang menuju Eropa—dan kelak Inggris—dari Libya yang kacau-balau dan berapi-api pasca [kebijakan] Cameron.

Dalam satu pekan, sedikitnya 10.000 migran telah diangkut dengan feri ke Italia oleh para penyelundup kriminil tamak.

Monster-monster penuh perhitungan ini memasukkan bahan bakar ke dalam tangki perahu yang hanya cukup untuk menyeberangkan mereka setengah jalan. Lantas memanggil penjaga pantai Italia untuk meminta menjemput korban yang terombang-ambing sebelum mereka tenggelam atau mati kedinginan.

Seorang wanita dirawat setelah turun dari perahu di pelabuhan Messina.

Dan tentu saja Eropa yang beradab menjemput mereka. Pilihan apa lagi yang kita punya? Adalah bertentangan dengan Kristen berumur ratusan tahun jika kita serahkan mereka pada nasib, dan berharap ini akan menyurutkan mereka.

Dan bagaimana bisa kita mengembalikan mereka ke negara gagal dan tak berhukum yang telah mengusir mereka sesudah merampok [negara] mereka? Jadi tidak lama lagi mereka akan tiba di Calais dan bergabung dengan antrean untuk diselundupkan ke Inggris.

Saya tak bisa melihat solusi nyata untuk ini. Ini mengingatkan saya pada migrasi ilegal dahsyat orang Amerika Latin yang mentransformasi AS sepenuhnya pada 1990-an, dan terus demikian.

Apa seharusnya kita dulu lebih mendengarkan Kolonel Khadafi, yang kita lengserkan dari kekuasaan dan dibiarkan dibunuh dalam parit? Dengan membantu penggulingannya, apa kita telah mengganti sesuatu yang menakutkan dengan yang menyeramkan?

Agustus 2010 silam, sang despot Libya pergi ke Roma dan membuat tawaran memeras. Saat ini para politisi Italia pasti berharap andai saja mereka menerima tawarannya.

Khadafi bilang: “Italia perlu meyakinkan sekutu-sekutu Eropanya agar menerima proposal Libya ini—€5 miliar [waktu itu setara dengan kira-kira £4 miliar] untuk Libya untuk menghentikan imigrasi ilegal. Eropa beresiko menjadi hitam karena imigrasi ilegal, ia bisa berubah jadi Afrika. Kami butuh dukungan dari Uni Eropa untuk mencegah tentara ini menyeberang dari Libya, yang menjadi titik masuk mereka. Pada saat ini terdapat level imigrasi membahayakan dari Afrika ke Eropa dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Apa reaksi orang Eropa Kristen kulit putih nanti terhadap gerombolan orang Afrika kulit hitam yang lapar dan tak berpendidikan ini?”

Anda harus cari sendiri apa yang dia ucapkan selanjutnya karena itu terlalu menggoncang dan tak mengenakkan untuk ditulis ulang di sini.

Itulah masalahnya. Meski kita tidak mau memikirkannya, hal tak terpikirkan ini betul-betul sedang terjadi, dan kita tak tahu apa yang harus dilakukan.

Dongeng Beruang Besar Jahat

Sekali lagi ada banyak omelan tentang kapal-kapal perang Rusia melintasi “Selat Inggris” atau pesawat pengebom antik Rusia mendekati ruang udara kita.

Izinkan saya memberitahu Anda sebuah rahasia. Selat Inggris adalah jalan air internasional yang bebas dilewati Rusia, dan kita tak punya hak eksklusif atasnya.

Dan tak ada pesawat perang Rusia memasuki ruang udara Inggris.

Sementara itu, aktivitas militer pesawat NATO dekat perbatasan Rusia naik dua kali lipat sejak awal 2014, total 3.000 serangan mendadak pada tahun itu. Jadi bukan cuma si Beruang Besar Jahat.

Juga, apa Anda ingat paduan suara berisik yang menganggap Presiden Putin dalang pembunuhan Moskow terhadap lawan liberalnya, Boris Nemtsov?

Well, boleh jadi dia memang dalangnya, tapi bukankah mereka harusnya juga risau tentang kematian misterius sepuluh tokoh oposisi pemerintahan baru Ukraina pro-NATO sejak Februari 2014?

Paling anyar adalah Oleg Kalashnikov, pendukung Presiden Yanukovych yang dipecat. Dia ditemukan tertembak mati pada hari Rabu. Serta seorang jurnalis pro-Rusia, Oles Buzyna, yang dibunuh oleh pria bertopeng dan bersenjata dalam penembakan berkendara (drive-by shooting) di luar rumahnya di Kiev pada hari Kamis.

Saya tak tahu siapa yang membunuh mereka atau apa alasannya. Tapi keyakinan bahwa Rusia adalah jantung kegelapan dan Ukraina adalah Utopia bersih yang diatur dengan hukum, itu konyol dan lucu.

Oleg Kalashnikov

Tapi lagi-lagi politisi dan pengulas konservatif menonjol-nonjolkan tokoh kiri Nicola Sturgen yang membosankan dan mirip mesin.

Saya sendiri tidak menganggapnya istimewa, dan heran oleh pujian yang dia terima. Tapi apakah kaum konservatif punya agenda lain? Apa mereka diam-diam ingin Skotlandia keluar dari Uni [dengan Inggris]? Saya yakin begitu. Mereka takkan pernah berkata terang-terangan, tapi mantan menteri kabinet konservatif, Michael Portillo, kini bisa bersikap blak-blakan setelah menjadi kesayangan BBC.

Dia berkata pada Juni 2006 bahwa orang Skotlandia barangkali akan lebih baik tanpa subsidi Inggris, seraya menambahkan: “Dari sudut keuntungan politik, Konservatif punya peluang lebih baik untuk berada di pemerintahan jika Skotlandia bukan bagian dari urusan.”

Ditantang oleh Andrew Neil perihal ini, dia berkata: “Anda terus menganggap Uni sangat keramat. Saya tidak lagi beranggapan seperti itu.”

Saya penasaran apakah pemikiran yang sama terlintas dalam benak orang-orang lain? Itu bisa menjelaskan penanganan kikuk Pemerintah terhadap referendum kemerdekaan dan hasilnya.

Tak ada yang namanya “Hak Membeli”. Orang konservatif baik tidak percaya pada hak rekaan yang disubsidi pembayar pajak—bikinan kaum liberal.

[Right to Buy atau Hak Membeli adalah Kebijakan di Inggris (terkecuali Skotlandia sejak 1 Agustus 2016) yang memberikan hak untuk membeli dengan diskon besar kepada para penyewa terjamin council house (rumah sewa publik yang dibangun pemkot/pemda) dan beberapa asosiasi penyedianya (housing association).—penj.]

Mereka percaya pada kebebasan. Dan pembubaran council estate (kompleks rumah sewa publik—penj.) merupakan salah satu hal paling tidak konservatif yang pernah terjadi, mempersulit kehidupan keluarga muda dan menghancurkan komunitas terdiami.

Saya tersentuh oleh gambar dua orang Muslim berdoa di sebuah pertandingan sepakbola, dan terkesan oleh keberanian mereka dalam menyatakan keyakinan di tempat sekuler seperti Anfield. Bagaimana bisa ini disebut aib, seperti kata seorang penggemar dengan mengoceh? Bukankah kita dulu menyanyikan Abide With Me di Final Piala?

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.