Rusia Sedang Merebut Timur Tengah Dari AS

Oleh: Lyuba Lulko
8 Juni 2015
Sumber: Pravda

Sejumlah perkembangan internasional penting akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa Washington telah mengakui Moskow sebagai mitra setara. Para pejabat AS duduk di meja perundingan dengan sejawat Rusia mereka. Ini dibuktikan oleh pernyataan dari kepala Russian Airborne Troops tentang kemungkinan bantuan untuk Suriah. Apa yang mereka rundingkan? Sumber-sumber Barat menyebut topik bahasan adalah penyerahan diri Assad sebagai ganti konsesi masalah Ukraina.

“Prajurit payung Rusia siap membantu Suriah dalam pertempuran melawan teroris, jika pemimpin Rusia menugaskan demikian,” kata Komandan Airborne Troops Rusia, Kolonel Jenderal Vladimir Shamanov pada 2 Agustus.

Orang akan beranggapan bahwa pernyataan di atas adalah ungkapan sikap Menteri Pertahanan Rusia Shoigu (sikapnya soal Ukraina berbeda dari sikap resmi Rusia), atau sinyal dari Kremlin kepada Gedung Putih untuk tidak mengebom posisi tentara Bashar al-Assad. Presiden AS Barack Obama telah memberi perintah semacam itu beberapa hari sebelumnya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sudah bertemu pekan ini dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir di Doha, Qatar.

Hasil resmi pertemuan itu adalah kegagalan dalam pembicaraan Suriah. Rusia belum menyerahkan Bashar al-Assad. Sebaliknya, Rusia berusul untuk melibatkan Assad dalam pertempuran melawan Islamic State. Menariknya, Arab Saudi-lah, bukan AS, yang bertindak sebagai mitra Rusia. Menghadapi Al-Baghdadi, Saudi mempunyai pesaing berideologi sama, Wahabi, yang lebih populer. Cita-cita Al-Baghdadi adalah menjadikan kerajaan tersebut bagian dari kekhalifahan dan menghalangi kaum Muslim dari tempat suci mereka, Mekkah dan Madinah, yang sangat tidak bisa diterima oleh dinasti kerajaan.

Segera sesudah pertemuan di Doha, Lavrov dan Kerry bertemu di KTT ASEAN (Association of Southeast Asian Nations, yang mengikutsertakan AS dan Rusia sebagai pemantau) di Kuala Lumpur, Malaysia. Para menteri ASEAN membahas penyelesaian situasi di Suriah dan Ukraina—khususnya, pembahasan berlangsung dengan platform Asia.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, pihak ASEAN mempertimbangkan situasi di Ukraina dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengimplementasikan Perjanjian Minsk. Kelihatannya Kerry bersedia melakukan rekonsiliasi dengan Rusia soal Suriah sebagai ganti konsesi masalah Ukraina, tapi apakah Rusia butuh itu?

Pemain kunci di sini adalah Arab Saudi yang sangat tidak puas dengan kesepakatan AS dalam program nuklir Iran. Kini Saudi mencari mitra di Rusia. Putin akan bertemu Raja Salman pada bulan September.

Patut dicatat, Arab Saudi merupakan negara pertama yang membangun hubungan diplomatik dengan Uni Soviet. Hubungan antara Uni Soviet dan Arab Saudi sangat baik, sampai para syekh Saudi mulai membantu mujahidin Afghan.

Hubungan ini akhirnya rusak dengan latar belakang krisis Suriah.

Di dunia Islam, Rusia memiliki hubungan baik dengan semua negara. Rusia dapat menjadi pelerai antara pihak-pihak bertikai. Karena itu, delegasi gerakan Palestina Hamas (yang punya koneksi di Iran dan Qatar) mengunjungi Arab Saudi pada bulan suci Ramadan. “Kunjungan ini sudah mencapai tujuannya, jadi boleh dikatakan sukses,” kata kepala delegasi, Musa Abu Marzouk.

Dia mencatat, Hamas berharap membangun hubungan baik dengan Timur maupun Barat. “Berdasarkan prinsip ini, kami sudah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia, dan kami sedang mempersiapkan kunjungan resmi ke Moskow,” kata sang pejabat sebagaimana dikutip MiddleEastMonitor.com.

Rusia sedang merebut Timur Tengah dari AS, demikian pendapat terbitan yang bermarkas di AS, The Hill. Rusia berhasil memenangkan sekutu seperti Arab Saudi—fakta ini mengubah keseimbangan kekuatan di Jazirah Arab secara dramatis. Menurut terbitan tersebut, Rusia adalah sekutu lama Suriah dan Iran. Arab Saudi sudah berteman dengan Moskow dan berjanji menanamkan 10 miliar dolar dalam perekonomian Rusia. Sebagai gantinya, Rusia berjanji menyelesaikan konflik antara Iran dan Arab Saudi.

Kesimpulan

Kremlin sangat aktif di Timur Tengah, mengambil inisiatif dari AS. Moskow tidak akan membuat konsesi untuk Bashar al-Assad, tapi dapat mengambil sikap lebih keras soal Ukraina untuk satu alasan sederhana: Rusia punya kepentingan di Ukraina, dan Amerika tahu betul. Kepentingan Rusia di Ukraina adalah ekonomi dan keamanan wilayah Ukraina yang berbatasan dengan Rusia.

Washington akan segera berhenti mendestabilisasi Rusia—bukan saja gara-gara urusan prioritas pertama di Timur Tengah, tapi gara-gara terobosan Rusia di Asia—kawasan yang Zbigniew Brzezinski sebut paling penting di dunia. Bukan kebetulan Sergei Lavrov duduk di meja berpapan nama “Seroja”. Dia sedang dalam mood bagus, tersenyum.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.