Agenda China di Suriah

Oleh: Samuel Ramani
22 September 2016
Sumber: The Diplomat

Pada 18 Agustus 2016, para pejabat militer senior China mengumumkan niat mereka untuk memberi pelatihan personil dan bantuan kemanusiaan bagi pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Pengumuman ini terjadi hanya beberapa hari setelah lawatan Laksamana Muda China Guan Youfei ke Damaskus. Rangkulan diplomatik Guan kepada pemerintah Assad meliputi negosiasi bilateral dengan Menteri Pertahanan Suriah Fahd Jassem al-Freij dan konsultasi dengan Letjen Sergei Chvarkov, kepala perwira di pangkalan AL Rusia di Latakia.

Dua tank hancur di depan sebuah masjid di Azaz, Suriah.
Kredit: Flickr/Christiaan Triebert

Kendatipun China telah memelihara kemitraan ekonomi dan keamanan dengan Damaskus selama puluhan tahun, perluasan keterlibatan China di Suriah hanya dapat dijelaskan sebagian oleh komitmen bersejarahnya pada Assad. Para pembuat kebijakan China memandang krisis Suriah sebagai peluang emas untuk memajukan agenda normatif yang menunjang pengaruh China di dunia berkembang. Keterlibatan aktif pemerintah China dalam menyelesaikan konflik Suriah juga memungkinkan Beijing untuk menegaskan diri sebagai penengah diplomatik utama di Timur Tengah.

Penanganan China atas perang sipil Suriah berbeda nyata dari pendekatan Barat. Sejak awal konflik Suriah pada 2011, China konsisten menjunjung tinggi prinsip non-intervensi dalam urusan internal negara berdaulat. Penafsiran ketat China atas kedaulatan negara membuatnya memandang rezim Baath Assad sebagai satu-satunya otoritas pemerintahan yang sah di Suriah. China menyangkal argumen Barack Obama bahwa kejahatan perang Assad telah membuatnya kehilangan otoritas moral untuk memerintah Suriah.

Tentangan nyaring pemerintah China terhadap misi Barat untuk pergantian rezim di Suriah bersandar pada kritiknya terhadap pengeboman NATO di Kosovo tahun 1999 dan, teranyar, penggulingan diktator Libya Muammar Khadafi tahun 2011. Seiring banyak negara berkembang memandang norma Western Responsibility to Protect (R2P) untuk intervensi militer sebagai bentuk imperialisme tersamar, sikap China di Suriah telah membantunya memperluas cakupan sekutu internasional.

Dukungan internasional untuk sikap China soal Suriah sangat berharga bagi ambisi geopolitik luas Beijing, terutama usahanya untuk mendelegitimasi putusan The Hague yang menentang perilaku ekspansionisnya di Laut China Selatan. Perhatian luas China pada Suriah merupakan pertunjukan ketidaksetujuan Beijing dengan norma-norma yang disusun oleh lembaga-lembaga internasional yang didominasi Barat. Dengan mengartikulasikan pesan konsisten tentang kedaulatan negara, China dapat memperkuat persekutuannya dengan negara-negara berkembang yang mendukung klaimnya di Laut China Selatan.

Kendati China berbagi komitmen Rusia pada kelangsungan Assad, para pembuat kebijakan China secara implisit mempertanyakan komitmen Rusia pada solusi politik multilateral untuk konflik Suriah. Sebagaimana dicatat Shannon Tiezzi pada Oktober 2015, pemerintah China resah dengan serangan udara unilateral dan peluncuran rudal Rusia atas nama Assad. Pernyataan Kemenlu China pada September 2015 bahwa “aksi militer bukan bagian solusi di Suriah” tetap menjadi gambaran sikap China setahun pasca dimulainya intervensi Rusia pro-Assad.

Untuk mempertunjukkan kekecewaan Beijing terhadap kebijakan Putin di Suriah, China telah ikut campur secara unilateral atas nama Assad dengan cara-cara yang kadang berbenturan dengan kepentingan Rusia. Walau Putin konsisten mendukung perlucutan gudang senjata kimia Assad, terdapat bukti bahwa produsen senjata terbesar China, Norinco, diam-diam menjual gas klorin kepada pemerintah Suriah di tahap awal konflik.

Dugaan penjualan senjata kimia oleh Beijing kepada Assad mempertunjukkan bahwa China siap menyimpang dari preferensi kebijakan luar negeri Rusia demi mencapai kepentingannya sendiri di Suriah. Itu juga mengungkap hasrat China untuk menunjang status internasionalnya di kalangan rezim-rezim otoriter anti-Barat dan berpotensi menantang peran Rusia sebagai pengimbang normatif utama bagi hegemoni Amerika di Timur Tengah.

Suriah dan Strategi Pengimbangan China di Timur Tengah

Dukungan luas China untuk pemerintah Assad juga merupakan indikator kuat tumbuhnya kapasitas peluncuran kekuatan (power projection capacity) Beijing di Timur Tengah. Dengan memperluas pengaruh Beijing di kawasan Timur Tengah/Afrika Utara, para pembuat kebijakan China dapat mempertunjukkan kepada rakyatnya sendiri dan komunitas internasional bahwa China di ambang menjadi adidaya dengan jangkauan geopolitik global.

Sikap non-intervensionis China di Suriah telah membantu Beijing memperluas kekuatan lunaknya (soft power) dan cakupan sekutu di Timur Tengah. Dengan secara sengit menentang solusi militer untuk konflik Suriah, China telah memperkuat hubungannya dengan Iran maupun Arab Saudi—bukan prestasi sembarangan, mengingat kedua negara punya sikap berseberangan mengenai perang sipil tersebut.

Dukungan kukuh China untuk non-intervensi dalam urusan internal Suriah semakin mengakarkan persepsi di kalangan pembuat kebijakan Iran bahwa Beijing adalah mitra ekonomi dan keamanan yang stabil. Pada tahun-tahun sebelum kesepakatan nuklir Iran Juli 2015, para pembuat kebijakan China menandatangani kontrak senjata skala besar dengan Teheran untuk mengkapitalisasi persepsi positif khalayak Iran tentang China. Menurut David Volodzko dari The Diplomat, Iran mengimpor 31,7% senjatanya dari China pada 2014. Iran telah mengalihkan banyak senjata buatan China ini ke Suriah guna membantu Assad memberangus Islamic State, Jabhah Nusra, dan kelompok-kelompok pemberontak moderat.

Iran telah merayu bantuan diplomatik China di Suriah untuk menggalang dukungan internasional bagi kampanye militer pro-Assad-nya dan mengenjot prospek keanggotaannya dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO) pimpinan Beijing. China menanggapi tawaran diplomatik Iran dengan menyediakan dukungan untuk Assad di PBB dan menyokong cita-cita keanggotaan Iran di SCO.

Guna memperkuat hubungan Beijing-Teheran, militer China mengadakan latihan militer gabungan dengan Rusia di pesisir Mediterania Suriah dan memelihara persekutuan kuat dengan sekutu Iran di Lebanon, Hizbullah. Oleh karena itu, walau China menolak untuk intervensi secara militer di Suriah bersama pasukan Iran, aksi tak langsung pro-Assad-nya turut mengakarkan Teheran sebagai sekutu vital China di Timur Tengah.

Pada saat bersamaan, tentangan kukuhnya terhadap intervensi militer di Suriah telah memastikan tindakan pro-Assad-nya tidak membahayakan status sebagai mitra dagang utama Arab Saudi. Sejak awal konflik, pemerintah China secara diplomatik mengikutsertakan Arab Saudi terkait krisis Suriah. Kepala utusan baru China yang ditugasi merancang penyelesaian damai untuk Suriah berjanji akan mengunjungi Riyadh dan merancang solusi krisis Suriah yang akan dirasa memuaskan bagi Arab Saudi.

Untuk mempertunjukkan kredibilitas kebijakan non-intervensinya kepada pembuat kebijakan Saudi, China menjual senjata senilai ratusan juta dolar kepada Arab Saudi. Banyak dari senjata ini dipakai untuk membiayai kelompok-kelompok pemberontak Suriah. Meski kemitraan Arab Saudi-China sebagian besarnya tetap bersifat ekonomi, akomodasi kepentingan Saudi di Suriah oleh Beijing memungkinkannya memelihara kemitraan keamanan skala kecil yang subur dengan Riyadh.

Walau Beijing memelihara hubungan kuat dengan Assad, keengganan China untuk intervensi di Suriah telah memisahkannya dari seluruh anggota Dewan Keamanan PBB lain. Kemampuan China untuk memelihara hubungan dekat dengan Iran maupun Arab Saudi telah menunjang pengaruhnya di Timur Tengah. Kemauan para pembuat kebijakan Barat untuk mengakui pertumbuhan signifikansi China sebagai calo kekuasaan di Suriah dan mengikutsertakan pejabat China dalam diplomasi bisa sangat menentukan hasil perundingan damai multilateral yang akan datang.

Tentang penulis:

Samuel Ramani adalah kandidat DPhil dalam Hubungan Internasional di St. Antony’s College, Universitas Oxford. Dia juga jurnalis yang menulis secara teratur untuk Washington Post dan Huffington Post. Dia bisa diikuti di Twitter dan Facebook.

One thought on “Agenda China di Suriah

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.